Histori Total Productive Maintenance (TPM)
Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) telah dikenal luas sejak tahun 1971 (diterapkan oleh Denso), sebagai tools perusahaan dalam meningkatkan kinerja mesin dalam menunjang produktivitas (sumber: Japan Institute for Plant Maintenance (JIPM), 2007). Kobetsu Kaizen atau disebut dengan Kaizen adalah bagian dari pilar TPM. Secara umum Kaizen bermakna “continuous improvement for the better”. Dari riset yang dilakukan Tom Peters juga menyebutkan bahwa Continuous improvement (every day improvement) adalah salah satu dari 10 (sepuluh) karakteristik world class company.
Namun demikian, masih ditemukan asumsi oleh beberapa perusahaan yang akan menerapkan TPM bahwa Kaizen yang dimaksud adalah sesuatu yang bersifat inovasi dengan investasi yang mahal dan berbasis teknologi. Padahal Kaizen dalam implementasi TPM lebih bersifat human based dengan pendekatan sensitiveness, creativity, enthusiasm & togetherness. Beberapa pertanyaan yang umum diajukan adalah:
- Apa perbedaan antara Kaizen dengan Inovasi dan siapa penanggung jawab nya?
- Bagaimana implementasi praktis pilar Kaizen pada perusahaan yang menerapkan TPM sehingga berdampak nyata terhadap kinerja mesin dan penurunan defect produk?
Apa itu Kaizen?
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa Kaizen adalah kegiatan continuous improvement yang bersifat gradual pada day to day process, adapun Inovasi adalah kegiatan improvement yang bersifat radical improvement/breakthrough improvement yang memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses nya (sumber: American Society for Quality). Kombinasi dari Kaizen dan Inovasi akan menghasilkan continuum quality improvement (lompatan kemajuan dan perubahan bertahap yang signifikan) bagi perusahaan. Pemetaan penanggung jawab Kaizen dan Inovasi dapat diilustrasikan pada gambar berikut:
Pilar Kaizen dalam TPM memerlukan perangkat untuk menyelesaikan akar masalah, atau yang umum dikenal dengan Problem Solving Skill. JIPM memberikan panduan untuk menggunakan why why analysis untuk simple problem dan menggunakan PM analysis untuk pemecahan problem yang kronis dan berulang.
Dalam implementasi praktis pilar Kaizen di perusahaan yang menerapkan TPM, perusahaan membentuk struktur organisasi TPM yang didalamnya terdapat Aktivitas Kelompok Kecil (AKK) yang melakukan pertemuan sebulan sekali dalam mengurangi six big losses dengan menggunakan problem solving tools. Untuk mencapai tujuan perusahaan dalam mengurangi losses secara optimal, kegiatan AKK dapat dikombinasikan dengan aktivitas QCC yang mengambil tema terkait pengurangan six big losses yang dilaksanakan dalam periode 6 bulanan dan kegiatan Six Sigma project yang diiniasi oleh manajemen dalam durasi 1 – 2 tahun.
Kesimpulan
Untuk memberikan panduan lebih komprehensif penerapan pilar Kaizen dan Problem Solving Skill, Ratama Management Consultant dapat memberikan pendampingan dalam penerapan TPM atau sebagai provider dalam inhouse training di perusahaan yang berkeinginan kuat menerapkan TPM dan meningkatkan kemampuan karyawan dalam pemecahan masalah.